Apa itu Korosi?
Proses terjadinya karat atau istilah lain korosi pada besi
adalah suatu proses kimiawi yang alamiah dimana terjadi perubahan
struktur kimiawi dan fisika dari besi dan proses tidak dapat
dikembalikan lagi. Proses karat tidak dapat di cegah atau
dihindari, namun demikian proses ini dapat diperlambat. Oleh karena
itu, struktur besi perlu dilindungi dari korosi / karat untuk
menghindari perubahan. Struktur besi banyak digunakan pada
pembangunan infrastruktur jalan seperti jembatan, gedung, pabrik,
tanki timbun BBM beserta fasilitas pendukung seperti pipa, turbin angin,
instalasi eksplorasi, instalasi produksi.
korosi pada besi jangkar kapal via http://www.milesofsmilesdental.net/ |
Metoda perlindungan karat yang paling dasar adalah galvanisasi dan
cat inorganic zinc dimana perbedaannya pada proses galvanisasi
diperlukan suhu tinggi sedangkan pada proses pengecatan tidak.
Biaya kerugian akibat korosi logam sangat tinggi, namun dari pengalaman
sepertiga biaya kerugian tersebut dapat dihindari dengan
menggunakan teknologi kontrol terhadap korosi. Biaya kerugian akibat
darikorosi meliputi :
- Penggantian stuktur yang rusak beserta dengan komponennya.
- Maintain agar fasilitas tetap bekerja.
- Penghentian fasilitas karena shut down.
- Turunnya output produksi dan kontaminasi lingkungan.
- Kerusakan / pengobatan karena kecelakaan.
Mekanisme Korosi
Seperti dijelaskan di atas, korosi atau karat adalah reaksi kimia atau
elektrokimia antara logam dan lingkungannya yang dapat menyebabkan
perubahan sifat logam dan bahkan berkurangnya logam tersebut. Perlu
diketahui konsep dasar terjadinya korosi untuk dapat memahami
cara mengontrol proses korosi. Ada 4 komponen yang berperan dalam
terjadinya proses korosi, yaitu :
1. Anoda.
2. Katoda.
3. Jalur logam penghubung katoda dan anoda.
4. Elektrolit.
Anoda adalah logam atau bagian / area dimana terjadi proses oksidasi
atau proses karat, sedangkan Katoda adalah logam atau bagian / area
dimana terjaddi proses reduksi atau terbentuknya gas hasil elektrolisa
Jalur penghubung katoda dan anoda dapat berupa 2 buah logam berbeda
yang saling berdekatan atau bahkan sebuah logam yang mempunyai
struktur kristal / susunan logam yang berbeda. Elektrolit merupakan
media konduksi luar seperti air atau tanah yang menyebabkan reaksi kimia
pada katoda dan sebagai sumber ion metal di anoda.
Selama proses korosi, electron mengalir dari anoda ke katoda
melalui jalur logam dan ion mengalir dari katoda ke anoda melalui
elektrolit. Pemicu reaksi korosi adalah perbedaan keelektronegatifan
dari anoda, katoda dan lingkungan. Keelektronegatifan dari logam
merupakan kecenderungan suatu logam untuk menjadi larutan garamnya.
Sebagai contoh, bila 2 buah logam Besi dan Zinc saling
berdekatan satu sama lain dalam media air, maka logam Zinc
akan mempunyai kecepatan korosi lebih tinggi dibandingkan logam
besi. Namun demikian, bila sebuah logam mempunyai bagian yang sedikit
berbeda komposisi kimia atau sifat fisikanya, maka akan timbul area
anoda dan katoda sebagai awal terjadinya proses korosi. Area logam
yang mempunyai kelektronegatifan lebih tinggi menjadi anoda dan area
lain menjadi katoda, semakin besar perbedaan keelektronegatifan area
tersebut, proses korosi makin cepat.
dua logam berdekatan mempercepat korosi via http://www.waratahfencing.com.au/ |
Proses reaksi kimia korosi :
Reaksi di Anoda (korosi pada logam)
L (logam) —> L++(metal ion) + 2 e-( electron)
Rekasi di Katoda (terbentuk gas H2)
2 H2O + 2 e -—> 2 OH -(ion hydrogen) + H2
Jenis-Jenis Korosi
Ada banyak jenis korosi, namun pada topik ini hanya beberapa jenis saja yang di sampaikan,
yaitu :
1. Korosi seragam (Uniform Corrosion).
Seluruh bagian logam mengalami proses korosi secara bersamaan. Bila
salah satu area tingkat korosi lebih dalam disbanding yang lain,
maka bukan lagi disebut Korosi seragam.
contoh uniform corrosion via http://images.slideplayer.com/ |
2. Korosi pitting (Pitting Corrosion).
Korosi logam terjadi pada satu titik atau beberapa titik namun tidak merata pada
seluruh permukaan. Korosi ini biasanya karena homogenitas logam
tidak sempurna, kedalaman korosi ini dapat diukur dengan alat “pit
gauge”
contoh pitting corrosion via http://www.amteccorrosion.co.uk/ |
3. Korosi galvanik (Galvanic Corrosion).
Adanya perbedaan logam yang saling kontak, dimana logam yang lebih
aktif akan terjadi korosi lebih cepat. Metoda ini seringkali
digunakan untuk mencegah korosi pada besi
di laut dengan menempelkan zinc pada logam besi.
4. Korosi celah (Crevice Corrosion).
Korosi jenis ini biasanya juga dikenal sebagai korosi sel
terkonsentrasi., karena perbedaan lingkungan antara bagian dalam
dan bagian luar celah. Celah ini bisa terjadi pada logam ke
logam atau logam ke non logam. Bagian dalam celah, kekurangan
oksigen sehingga terjadi reaksi anoda, sedangkan bagian luar
terjadi reaksi katoda (H2O + O2 + 4 e -—> 4 OH-)
contoh Crevice Corrosion via http://stoprust.com/ |
Dari pengetahuan tentang korosi sel dan jenis korosi, maka ada
beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengontrol proses
tersebut, antara
lain :
1. Evaluasi desain konstruksi.
2. Pelapisan dengan metal tahan korosi atau alloy.
3. Pelapisan dengan non logam atau inhibitor.
4. Perlindungan katodik.
5. Perlindungan dengan coating atau cat.
Metoda coating atau cat adalah metode yang
mempunyai banyak keuntungan, antara lain :
- Mudah diaplikasi.
- Mudah disimpan dan dikendalikan.
- Kemudahan penggunaan pada suhu kamar.
- Ekonomis.
- Mudah di perbaiki.
- Ada banyak pilihan kilap, warna dan tekstur.
Namun metoda coating inipun punya beberapa kelemahan dimana
memerlukan persiapan permukaan, proses aplikasi, proses
pengeringan dan perlindungan keamanan kesehatan aplikator
atau pengguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar